Puisi

Sajak Kali Ini

Denting-denting nada yang kekanakan

Merdu mengalun gesekan biola

Tanganku hendak mengerjap-ngerjap

Di antara ribuan-jutaan-milyaran mimpi yang berbintangan

Suara denting piano yang familiar

Kembali mengisi hirup sanubariku

.

Aku teringat dulu

Saat kecil

Alunannya masih sama

Nuansa jiwa yang lekat

.

Aku

Mencoba merasakan elusan udara

Yang membalur sedih-senangku

Saat itu

.

Dentingnya kembali terasa

Aku kepikiran

Akankah

Aku mengingat hari ini

Lalu mencoba merasakan kembali

nada kehidupan saat ini

.

Canopus,

                Capella,

Vega

Makassar

17/8/2021

Hmmm. Teman?

Assalamualaikum. Hi semua!

Ini udah berapa bulan ya gak nulis di sini, wkwk

.

Kali ini aku mau nyeritain pengalamanku hidup sebagai makhluk sosialis aka manusia masa remaja. Dulu saat SMP, aku tidak terlalu memperhatikan bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain. Padahal itu penting. Aku cenderung tidak peduli dan pada kondisi tertentu aku akan percaya pada apa yang mau aku percaya. I mean, sometimes it’s good, but not all time. Kalau kuingat sekarang sepertinya aku seakan pura-pura tidak tahu terhadap kode-kode dari orang sekitar tentang sikapku. Em, itu terkadang. Soalnya aku juga pernah di fase sangat-sangat-sangat selalu memikirkan apa reaksi orang terhadapku nanti.

.

Satu hal yang kusenangi sekarang adalah, berteman. Kalau aku mau bilang “senang berteman” saat beberapa tahun yang lalu, mungkin aku akan menertawai diri sendiri saat itu. Berteman menurutku dulu sangat konyol. Maksudku, yah kita berteman, tapi untuk dekat atau tidaknya aku tidak peduli. Aku boro-boro menurunkan egoku sedikit saja untuk seorang teman. Saat ini, aku baru tersadar terkadang itu akan menyakiti perasaan orang lain. Rasa-rasanya karena akhirnya saat ini aku mulai berada dalam pikiranku sendiri sebagai “aku”, sebagai orang yang sedang berada di suatu lingkungan sosial dalam kehidupan nyata, aku mulai belajar untuk mempelajari perasaan dan pikiranku sendiri juga perasaan dan pikiran orang lain. Hehe, sepertinya untuk orang lain hal itu salah satu hal yang remeh untuk dipelajari, karena mereka secara otodidak dengan pengalaman bergaul yang bejibun. Tapi bagiku, pengalaman untuk kembali masuk dalam circle interaksi terlebih lagi setelah awal pandemi 1 tahunan aku cuman bicara sama tembok di rumah, mempelajari kembali dasar-dasar berkomunikasi dan berteman, sangat-sangat seru!

.

Aku teringat dulu, bahkan mungkin sampai sekarang (tapi aku sudah belajar menguranginya), aku benar-benar ingin menjadi perfeksionis. Aku pikir menjadi orang yang perfeksionis itu bagus. Nah, masalahnya menjadi seorang perfeksionis itu jarang mentolerir situasi diri dan sekitarnya, menurutku. Mentalku capek dan terluka, orang lain pun demikian. Aku jadi teringat, ibuku pernah bilang dalam salah satu perdebatan kami, bahwa aku selalu menghindari masalah. Kedengaran bagus kan? Oke. Tapi bagaimana kalau di situasi tanpa kontrol, kita mau tidak mau masuk ke dalam masalah tersebut? Aku jadi tidak punya pengalaman untuk menghadapinya. Kalau aku, aku akan terus mengulur waktu sampai rasa-rasanya bakal ada keajaiban datang membuat apa yang kuinginkan terjadi. Akhirnya aku bisa saja jatuh ke jurang masalah yang sangat besar, effort untuk naik ke permukaan akan berkali-kali lipat dan menguras fisik dan batin. Iya, itu menjadi proses belajar kita menghadapi masalah, tapi mungkin kalau aku belajar untuk tengok kiri-kanan pengalaman orang lain dan refleksi diriku sendiri sebelumnya, mungkin akan lebih baik. Penyesalan pun terjadi~

.

Itulah yang terjadi satu tahunan kemarin. Aku terus menunda hingga suatu saat semoga saja sekolah bisa offline dan aku bisa mengejar ketertinggalanku. Iya, sekolah pada akhirnya offline sekitar 2 mingguan, di akhir semester 2. Sp-ku menumpuk. Di situ aku merasakan penyesalan yang benar-benar. Oleh karena itu, menurutku kemampuan untuk mentolerir suatu kejadian/masalah dalam hidup kita itu penting (dalam hal ini pandemi dan belajar online), dan ditambah dengan kemampuan adaptasi yang baik. Aku masih sangat ngos-ngosan untuk belajar beradaptasi dalam waktu yang cepat. Seperti pada saat pertama kali datang ke sekolah, ritme belajarnya bukan main dengan waktu belajar di rumahku yang surplus tidur. Ada rasa lelah dan depresi tentunya. Aku awalnya cukup tertutup untuk membicarakan perasaanku pada orang lain. Namun kembali sebagai warga asrama dan teman, menurutku seharusnya aku menghargai temanku dengan membiarkan mereka mengikat ikatan emosional lewat sedih-senang yang kualami. Sepertinya seperti itulah bagaimana pertemanan terjalin. Dan begitu pulalah aku tidak membiarkan diriku tersiksa tanpa bantuan orang lain.

.

Aku pikir aku kuat. Tapi kadang tanpa bisa ditahan aku bisa saja luruh tanpa pertahanan. Di situlah saat-saatnya aku mengenal diri sendiri lebih eksklusif. Aku tipe orang yang jika habis berbicara dengan banyak orang akan lelah setengah mati dan tidur. Tapi aku suka berbicara dengan orang lain. Membandingkan pengalaman berinteraksiku dulu dan sekarang membuatku berpikir betapa ruginya dulu aku tidak seterbuka ini. Aku tidak ingin memaksakan diri hingga membuat diriku tidak nyaman, tapi untuk beberapa hal yang kupikir negatif dan akan membuatku tidak nyaman karena ketakutanku, tapi setelah dorongan teman, aku menjadi lebih berani. Banyak proses pertukaran informasi yang terjadi hanya lewat percakapan langsung, yang baru kusadari sepertinya lebih efisien dari mempelajarinya mandiri.

.

Masalah dalam pertemanan itu pasti ada. Tapi seperti yang sering dibilang orang, itulah pahit-manis yang membuat kita bisa merasakan kekuatan pertemanan. Misalnya nih ya, dengan pernah bertengkar kita bisa belajar apa yang salah dalam kejadian yang lalu-lalu. Hehe,, tapi ada si orang yang belum mau memperbaiki hubungan pertemanan. Nah, aku bilang “belum”, ya. Pasti di fase berjauhan itu rasanya sakit hati sekali, tapi mau gimana kalau emang belum bisa berteman setelah kamu berusaha untuk memperbaiki hubungan, ya oke aja. Aku ingin percaya bahwa dengan bersikap sewajarnya dan tidak menambah jauh jarak bermusuhan, esok-esok hari bisa saja ada kejadian yang membuat kita bisa dekat lagi dengan teman yang berjauhan. Coba deh, kalian ingat pernah gak berjauhan dengan teman dekat lalu eh, karena apaaa gitu, jadi deket lagi.

.

Mungkin itu aja dulu. Sekian, wassalamualaikum 😀

Puisi

/1/

Tadi malam

bunga-bunga terbang

Mimpi masuk ke dalam napasku

Di tiap detiknya

Butir batu dan pasir begitu terasa

Sejenak bunga-bunga tidur masih

membayang

Tiap centi kaki

Bahkan jariku pun ikut merakasan

kenyataan

Bahwa satu mimpi tercapai

Dan satu pintu baru terbuka

/2/

Bulan berapa dan kapan

Hatiku mengosong lompong

Orang-orang berseru riuh

Aku tersinggung

Hawa siang membungkusku nyaman

Di bawah hujan dedaunan

Langkahku seakan melambat

Dan rasa-rasanya aku akan tersenyap

Rangkuman Informatika Kelas 10: Analisis Data

Assalamualaikum! Hii semua. Di post kali ini saya akan membagikan rangkuman materi analisis data kelas x (nyambi tugas dari sekolah heheeh).

————————

A. Pengertian Data dan Analisis Data


Data: datum (Latin), artinya sesuatu yang diberikan. Secara istilah data adalah
kumpulan informasi atau keterangan-keterangan yang diperoleh dari pengamatan, informasi
tersebut dapat berupa data karakter, teks kata, angka, gambar, suara, atau video.
Analisis data sendiri adalah kegiatan mengubah data hasil penelitian menjadi sebuah
informasi baru yang dapat digunakan dalam membuat kesimpulan.
Berikut pengertian data menurut beberapa ahli:
-Taylor (1975): analisis data adalah proses yang merinci sebuah usaha secara formal
dengan tujuan untuk menemukan tema dan merumuskan ide sebagaimana yang disarankan.
Hal tersebut dilakukan sebagai usaha guna memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.
-Lexy J. Moleong (2002): analisis data adalah sebuah proses yang mengatur urutan
data, kemudian melakukan organisasi ke dalam suatu pola, bentuk, dan satuan uraian dasar.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan di akhir yang mudah untuk dicerna.
-Patton (1980): analisis data adalah proses mengatur data, mengorganisasikannya
dalam suatu pola, kategori, dan satu uraian dasar.


B. Jenis Data

-Data kualitatif: data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud
pertanyaan atau berupa kata-kata. Bersifat subjektif dan dapat diangkakan lewat bentuk
ordinal atau ranking.
-Data kuantitatif: data yang berwujud angka-angka. Diperoleh dari pengukuran
langsung maupun dari angka-angka yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif menjadi
data kuantitatif. Bersifat objektif dan bisa ditafsirkan semua orang


C. Jenis Analisis Data


-Deskriptif: menggambarkan data apa adanya dengan output berupa grafik, tabel,
diagram, dll.
-Inferensial: menarik kesimpulan yang mengeneralisasi sampel terhadap populasi.
Outputnya berupa hasil perhitungan rumus statistik tertentu.


D. Langkah-langkah Analisis Data


1. Persiapan: mengecek nama dan kelengkapan pengisi, memeriksa isi instrumen
pengumpulan data, mengecek macam isian data.
2. Tabulasi: kegiatan menggambarkan jawaban responden dengan cara tertentu. Dapat
juga digunakan untuk menciptakan statistik deskriptif variabel-variabel yang diteliti.
3. Penerapan data sesuai pendekatan penelitian: pengolahan data dengan rumus atau
aturan yang sesuai dengan pendekatan penelitian dan desain yang diambil.


E. Teknik Pengolahan Data


1. Penyusunan data: data yang sudah ada perlu dikumpulkan semua agar mudah untuk
mengecek apakah semua data yang dibutuhkan sudah terekap semua. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian. Penyusunan data harus dipilih data yang
ada hubungannya dengan penelitian, dan benar-benar otentik. Adapun data yang diambil
melalui wawancara harus dipisahkan antara pendapat responden dan pendapat interviwer.
2. Klasifikasi data: klasifikasi data merupakan usaha menggolongkan,
mengelompokkan, dan memilah data berdasarkan pada klasifikasi tertentu yang telah dibuat
dan ditentukan oleh peneliti. Keuntungan klasifikasi data ini adalah untuk memudahkan
pengujian hipotesis.
3. Pengolahan data: pengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Hipotesis yang akan diuji harus berkaitan dan berhubungan dengan
permasalahan yang akan diajukan. Semua jenis penelitian tidak harus berhipotesis akan tetapi
semua jenis penelitian wajib merumuskan masalahnya, sedangkan penelitian yang
menggunakan hipotesis adalah metode eksperimen. Jenis data akan menentukan apakah
peneliti akan menggunakan teknik kualitatif atau kuantitatif. Data kualitatif diolah dengan
menggunakan teknik statistika baik statistika non parametrik maupun statistika parametrik.
Statistika non parametrik tidak menguji parameter populasi akan tetapi yang diuji adalah
distribusi yang menggunakan asumsi bahwa data yang akan dianalisis tidak terikat dengan
adanya distribusi normal atau tidak harus berdistribusi normal dan data yang banyak
digunakan untuk statistika non parametrik adalah data nominal atau data ordinal.
4. Interpretasi hasil pengolahan data: tahap ini menerangkan setelah peneliti
menyelesaikan analisis datanya dengan cermat. Kemudian langkah selanjutnya peneliti
menginterpretasikan hasil analisis akhirnya peneliti menarik suatu kesimpulan yang berisikan
intisari dari seluruh rangkaian kegiatan penelitian dan membuat rekomendasinya.
Menginterpretasikan hasil analisis perlu diperhatikan hal-hal antara lain:
interpretasi tidak melenceng dari hasil analisis, interpretasi harus masih dalam batas kerangka
penelitian, dan secara etis peneliti rela mengemukakan kesulitan dan hambatan-hambatan
sewaktu dalam penelitian.


F. Aspek Privasi dalam Pengumpulan Data

1. Pentingnya perlindungan privasi data dan informasi. Perlindungan data tidak hanya
melindungi data pribasi seseorang, tapi untuk melindungi hak‐hak dasar dan kebebasan
individu. Untuk memastikan bahwa hak dan kebebasan seseorang tidak dilanggar.
2. Faktor yang mempengaruhi privasi:
a. Faktor Personal
Perbedaan dalam latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan akan privasi.
Penelitian Walden menemukan adanya perbedaan jenis kelamin mempengaruhi kebutuhan
akan privasi dan cara merespon kondisi padat atau sesak.
b. Faktor Situasional
Kepuasan terhadap kebutuhan akan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar
lingkungan mengijinkan orang-orang di dalamnya untuk menyediri. Situasi fisik sekitar juga
mempengaruhi kebutuhan privasi seseorang.
c. Faktor Budaya
Dalam beberapa riset, menunjukan bahwa pada tiap-tiap budaya tidak ditemukan adanya
perbedaan dalam banyaknya privasi yang diingikan, tetapi sangat berbeda dalam cara
bagaimana mereka mendapatkan privasi. Desain lingkungan yang dipengaruhi budaya,
seperti rumah adat juga mempengaruhi privasi. Artinya setiap budaya memiliki standar
privasi masing-masing dan juga cara mereka memperoleh privasi.
d. Kepadatan
Banyaknya orang dalam suatu tempat mempengaruhi jarak sosial.
3. Anonimitas dalam aktivitas online:
Anonimitas dalam aktivitas online bisa diartikan dengan menyembunyikan identitas
dalam interaksi di internet. Anonimitas membuat seseorang dapat lebih mudah
menyampaikan atau menyebarkan segala sesuatu dengan resiko dihakimi secara personal
lebih sedikit dibandingkan jika menyampaikan atau menyebarkan dengan identitas asli. Hal
ini dapat menjadi positif untuk melindungi pengguna, sedangkan dampak negatifnya adalah
anonimitas membuat kebebasan menyebarkan informasi seakan tidak terbatas, sehingga
informasi yang ia berikan bisa saja ujaran kebencian, berita palsu, provokasi, dll.


G. Memahami Data dalam Jumlah Besar (Big Data)

Database adalah kumpulan data yang tersistem dengan baik dan terorganisir secara
digital. Big data adalah kumpulan database kompleks dan menghasilkan proyeksi ke depan.
-Dimensi data:
a. Volume: besar data/jumlah data.
b. Variety: jenis data. Dapat berupa .doc, .jpg, .png, dll.
c. Velocity: kecepatan pemindahan dan penyusunan data.
d. Veracity: menyangkut kevalidan data apakah bisa dipercaya atau tidak
(kearutannya).
e. Value: nilai yang bisa ditemukan pada data. Nilai suatu data menentukan suatu
tindakan untuk mengambil keputusan setelah memroses seluruh data yang ada.


Sumber: https://tekno.foresteract.com/big-data/
https://blog.gamatechno.com/konsep-big-data/
https://indonesiaimaji.com/dampak-anonimitas-di-internet/
https://nxgindonesia.or.id/apa-itu-privasi-ruang-personal/
https://brainly.co.id/tugas/35319815
http://miftakhulfanani.blogspot.com/2014/09/analisis-data.html
https://andalforsharing.wordpress.com/2017/05/06/teori-pengolahan-data/
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-analisis-data/
https://moondoggiesmusic.com/analisis-data/#gsc.tab=0
https://apps4god.org/artikel/privasi-dan-anonimitas-di-internet
https://youtu.be/nF9hldbWfds
https://youtu.be/tE0-IUoLA4k

Learning How to Learn

Assalamualaikum!

Saya sangat antusias untuk memberitahu kalian ini. Learning how to learn=belajar cara belajar. Saya baru dengar kalimat seperti ini sekitaran mungkin beberapa bulan yang lalu. Lalu mulai perlahan demi perlahan akhirnya saya paham kalau belajar cara belajar itu penting! Kenapa kita belajar, cara/metode yang bener, dll.

Kadang kan kita merasa waduh bosen banget. Atau kayak hufht belajar sambil itu-ini tu gak oke banget. Saya sangat mengapresiasi salah satu channel edukasi di Indonesia, yaitu Hutata. Salah satu playlist Hutata yaitu Learning How to Learn sangat membantu untuk proses pembelajaran selama daring ini. Berikut playlistnya: http://bit.ly/hutatalearn

Gimana ya, saya mengusahakan paling tidak satu pekan ada satu atau dua video dari playlist itu yang saya nonton. Tapi sebelumnya saya menonton ini dulu: https://youtu.be/J-swZaKN2Ic

Benar-benar revolusioner untuk saya. Dalam video itu saya akhirnya mengerti kalau belajar itu progress, bukan sekadar tahu seperti kemarin-kemarinnya. Dari awal kita mulai bangkit untuk belajar, pasti ada step by step yang harus sabar dilewati. Menyadari bahwa saat belajar kita tidak bisa instan melainkan berada dalam kurva proses belajar membuat kita sabar menanti. Menanti apa? Ya hasilnya. Kadang kita udah merasa rajin belajar tapi kok masih stuck gini aja, nah itu dia yang harus diperhatikan. Kalau kita perhatikan hasil dari rajin belajar yang konsisten hingga saat ini, seharusnya kita tahu sebentar lagi bakal ada momen di mana kita bisa langsung connect dengan pemahaman satu kali guru. Atau ini-atau itu.

Yang lebih pentingnya lagi, jika kita konsisten maka akan ada kebiasaan yang terbentuk, kebiasaan belajar. Mari kita ingat lagi bahwa jika kita tidak belajar, maka performa akan turun. Menurut saya tidak ada orang yang pintar tanpa usaha. Pasti ada usaha.

Apalagi kalau sudah berpengalaman mengalami nilai jeblos karena gak disiplin (uhuuk!). Ada mindset pada diri kita untuk tidak kembali ke jurang yang sama.

Okidii. Sekian dulu, ya.

Wassalamualaikum!

Sekolah

Assalamualaikum :))

“Sekolah itu bukan mencari kepintaran, melainkan sebuah kebiasaan. Kalian belum tentu menggunakan rumus ini-itu nanti, tapi kebiasaan kalian mengerjakan tepat waktu dan belajar yang tekun lebih utama. Orang pintar belum tentu berhasil, namun orang tekun pasti berhasil.”

Di atas merupakan beberapa kalimat yang menggelitik saya beberapa menit lalu setelah belajar identitas trigonometri bersama Ustadz Joko. Beliau menjadi salah satu orang bijak yang saya temui masa SMA. Entah saat belajar tadi saya terus kepikiran apa hanya saya saja yang tidak mengerti atau orang-orang lain merasakan? Rasanya sedih.

Kemudian saya teringat beberapa waktu belakangan ini saya mulai menyadari sekolah bukan sekadar nilai di atas rapor, ijazah, atau piala yang dapat diraih. Output yang dihasilkan seharusnya lebih dari itu semua. Kedisiplinan, kejujuran, keuletan, relasi, skill baru, dan banyak hal lain lebih penting. Banyak yang memiliki nilai yang bagus, tapi hanya sebatas nilai saja. Setelah itu bisa saja dengan mudah dilupa.

Hmm saya teringat lagi dengan guru PKWU saya bernama Umi Rafini. Umi selalu mengatakan hal yang senada. Nilai bukan segalanya, lebih baik belajar untuk mendapatkan ilmu. Di sini ada hal yang dibilang “keberkahan”. Menurut saya, ilmu yang tidak berkah, yang tidak diridhoi akan hilang esok hari, atau tetap ada tapi tidak memberikan manfaat pada kita. Sedangkan ilmu yang berkah, biarpun didapatnya telat banget, terseok-seok, insyaAllah akan membantu kita suatu hari nanti.

Keinginan untuk menjadi yang terbaik itu tetap ada, tapi saya mulai dapat belajar mentolerir kegagalan …

Byee :))

Puzzle

Hii

Tadi sore saya main puzzle online di sini https://www.jigsawplanet.com/?rc=play&pid=163e53982d3e. Kesambet main puzzle soalnya habis nonton salah satu videonya Khan Academy yang bilang salah satu cara memperbesar otak dengan sering-sering melakukan hal yang sulit/menantang. Kayak olahraga rutin, makin sering tubuh juga makin bagus dan terbiasa. Di videonya mention puzzle termasuk kegiatan menantang. Jadi langsung cari, deh.

(pendek banget iya hehe, cuman mau kasi tahu aja gk tahu mau ke siapa, jdi ke kalian aja yee)

E-book Gratis di IPusnas

Bismillah.

Kabar gembira, Wankawan!!!

Belakangan di masa pandemi ini, saya lagi hobi membaca jawaban-jawaban di Quora (semacam situs tanya-jawab). Banyak sekali jawaban-jawaban di Quora yang mengatakan tentang pentingnya membaca buku, pengembangan diri lewat buku, dan lain-lain. Nah, terketuklah pintu hati ini untuk membaca buku kembali.

Tapi, o, tapi, taman baca langganan saya (yang cukup dekat dengan tempat tinggal) selama pandemi ini tutup. Namanya Katakerja kalau kalian mau tahu (search, gih! Tempatnya keren). Bimbang lah saya.

Sampai beberapa hari yang lalu saya mendapat jawaban di Quora (saya lupa tentang apa) yang di akhir jawabannya menyebutkan tentang e-book gratis di Ipusnas. Wah, apa, tuh? Kebetulan kan ni yaa, ceritanya.

Lihat webnya, terus download. Pertama kali saya tak tahu akan membaca apa. Sistemnya bagaimana saya agak bingung. Lewat, ada salah satu buku judulnya ‘Persona’, jujur saya no idea ini tentang apa atau bagaimana, tapi dilihat-lihat sampulnya bagus, dilihat lagi sepertinya dari salah satu penerbit major yang saya kenal. Saya tekan tuh, tombol di bawah bukunya. Ternyata, sistemnya ngantri, Wankawan.

Setangkap saya begini: misalnya ada buku dengan kopian yang tertulis di fitur ada lima kopian, berarti jika sudah ada lima orang yang meminjam buku tersebut, lalu saya ingin meminjam sebagai orang keenam, maka saya harus menunggu (antre) sampai lima orang tadi ada yang mengembalikan buku pinjaman (ini e-book, ya), baru bisa saya baca. Waiting list seperti itu.

Saya senang sekali, banyak buku-buku bagus di sini. Wankawan yang ingin membeli buku impian kalian, mungkin bisa lihat e-booknya dulu di Ipusnas. Tahu aja da, kan gratis. Heheheeheh.

Sekian.

 

Pengalaman Tes Masuk MAN Insan Cendekia Gorontalo

Assalamualaikum!

Hola-halo semuanya!! Tulisan kali ini bakal nyeritain pengalaman saya tes masuk di MAN ICG.


Oke. Paling pertama, kenapa ICG? Kenapa? Why? Hehe. Saya lupa siapa orang yang pertama kali mengenalkan saya dengan sekolah ini, tapi salah satu orang yang paling mempengaruhi saya untuk masuk sekolah ini adalah teman saya, Chici (halo, Chici :)! ). Kakak Chici yang pertama, bersekolah di MAN ICG, kakaknya yag kedua sekolah di MAN ICG juga, btw mereka bertiga lahir beda satu tahun semua.

Nah, pas sekolah Chici ini seriiing banget cerita pengalaman kakak-kakaknya di sana, ini-itu, dan lain-lain. Jujur saya belum pernah ke Gorontalo. Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya akan melanjutkan sekolah di Gorontalo. Namun, saat mendengar penuturan Chici ini, kedengarannya kereen banget. Tahu perasaan kagum sama suatu hal yang baru kita dengar pertama kali? Ya, seperti itu lah.

Kemudian sampai lah di masa kelas sembilan. Sebelumnya MAN ICG belum menjadi final sekolah yang ingin saya masuki. Tapi, untuk saya sudah waktunya tidak ada pilihan (cielah). Mendaftar lah saya dengan wankawan seangkatan di pendaftaran onlinenya ini. Di angkatan saya ada 15 orang pendaftar, dan kuota pendaftar per sekolah 15. Mantap!

Mengenai informasi-informasi lebih lanjut dan seterusnya kami dibantu dengan salah satu guru kami di sekolah, namanya Pak Agiel. Saat mendaftar online pun kami melakukannya di sekolah, lagi, dibantu oleh beliau. Seingat saya berkas-berkas yang perlu disiapkan cukup banyak. Ada KK, akta, fotokopi rapor semester 3, 4, & 5 yang sudah dilegalisir, pas foto, daaan apalagi, ya? Data-data diri dan orangtua serta sekolah.

Bismillah. Send ….

Tahap seleksi pertama, seleksi berkas, selesai. Kemudian kami menunggu. Menunggu saya pikir kadang rasanya tak enak. Seperti saat itu. Saya benar-benar mengecek website pendaftaran hampir setiap hari berharap pengumuman kelulusan seleksi berkasnya telah diumumkan (padahal saat itu pengumumannya tanggal 15 Maret, masih cukup lama). Pikir saya, kali aja pengumumannya dimajuin. Ye kan? Hwehe.

Sembari menunggu pengumuman kelulusan berkas ini, saya dan teman-teman saya belajar materi-materi tes CBT (Computer Based Test. Yang ini, nih, ngerjain soal beberapa mapel). Kami cukup waspada dengan materi tes nanti. Di sekolah, di sela waktu belajar, istirahat, atau jam kosong, kami mengerjakan latihan-latihan soal. Ada Math, Fisika, Biologi, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, PAI, IPS. Seingat saya ada tujuh itu. TPA! Hehe hampir kelupaan. Tes potensi akademik. Yang ini saya latihan dengan buku-buku psikotes dan TPA milik kakak saya. Yang saya lihat teman-teman saya pun cukup rajin latihan kerja soal TPA di sekolah untuk tes ini. Mantap!

Lagi, menunggu itu kadan tidak enak rasanya. Saya sering was-was dengan seleksi berkas yang bakal diumumkan 15 Maret saat itu. Namun, bismillah, tetap tenang, Ged. Bagaimana? Mantap! Maafmaaf sebelumnya, hehe.

Jam 1 atau 2 pagi saya buka instagram MAN ICG, sudah ada post baru tentang pengumuman seleksi berkas. Cus saya langsung buka. Alhamdulillah, lulus. Pengumuman seleksi berkas, selesai. Saya sarankan saat ingin membuka websitenya bisa di waktu-waktu pagi. Karena saat datang ke sekolah esoknya, beberapa teman saya ternyata belum mengetahui apa mereka lulus seleksi berkas atau tidak karena websitenya tidak bisa dibuka. Alhamdulillah, kami 15 orang semuanya lulus seleksi berkas.

Fokus materi tes. Pelajaran-pelajaran lainnya bisa kami pelajari nyambi saat belajar bimbingan di kelas untuk persiapan UN. TPA kami latih dengan kerja soal tadi. Nah, yang bermasalah ini bahasa Arab. Di kelas 9 kami sudah tidak mempelajari bahasa Arab lagi. Jadi ada cukup 1 semester lebih gap tidak belajar dengan guru bahasa Arab kami, Pak Bustan. Teman-teman saya yang punya kakak di ICG mulai menyampaikan tentang tes bahasa Arab mereka dulu. Dalam bentuk kalimat, fiil, dan lain sebagainya.

Fiil, dan lainnya. Kami mempelajari itu semua di awal kelas 8, saat Arabic Camp. Kemudian, wuuuushh …. Untungnya ada yang ngide buat minta bantuan Pak Bustan untuk diajari bahasa Arab ini. Diputuskan lah, di rumah Rifdah (terima kasih, Rifdah!!), kami berkumpul belajar bahasa Arab. Seingat saya ada tiga malam kami datang belajar di rumah Rifdah. Kemudian sekitar dua hari selanjutnya tes. Kami menyiapkan minimal alat tulis dan kartu tes yang sudah dicetak. Tes pertama tes potensi belajar (mungkin boleh disamain dengan TPA?). Ada gambar-gambar, sinonim, antonim, perhitungan, dan lainnya.

Kemudian istirahat sebentar, keluar dari ruangan. Masuk lagi kami lanjut tes akademik (yang mapel2 itu tadi). Btw soal-soalnya diacak. Ada juga yang berbeda soal. Ini untuk meminimalisir kecurangan.

Mapel pertama Math. Bagi saya soal-soal Math ini susah, (bagi saya!). Baru beberapa soal, kayaknya saat itu belum nemuin jawaban sama sekali, langsung skip mapel selanjutnya. Hehe. Mapel-mapel selanjutnya ada banyak yang materi UN. Nah, ketemu bahasa Arab, hurufnya nggak pake garis-garis gitu (harokat?). Waduh! Wadidaw saya pasrah saja. Senyambung-nyambungnya saja.

Kemudian setelah selesai mapel terakhir, balik lagi menyapa Math. Ya Allah, ini kerjanya sesuai insting. Berakhir lah dengan pilih opsi yang paling menjanjikan lewat hati. Yang penting kolom jawabannya semua hijau. Iya, saran saya semua soal dijawab saja. Setahu saya tidak ada sistem minus.

Apa yang dikatakan kakak-kakak teman saya benar, saat mengerjakan, waktu tak terasa saja. Intinya sepandai-pandainya atur waktu di setiap soal. Kalau beneran udah buntu, skip saja dulu. Nanti balik lagi.

Tambahannya, selama menunggu pengumuman kelulusan saya sering galau setengah mati. Alhamdulillah, guru-guru dan ibu saya memberikan saya nasihat-nasihat terbaik. Kadang saya santai sekali, tapi saat tiba-tiba mengingat nanti pengumuman kelulusan saya bisa saja langsung menangis. MAN ICG ini bisa saya bilang jalan satu-satunya yang akhirnya saya pilih. Saya belum menimbang-nimbang pilihan sekolah lain dengan serius. Namun, saat mendekati pengumuman saya mulai browsing SMA-SMA yang saya inginkan kalau-kalau. Ingat sekali kata Bu Jannah, Bu Irma, Bu Rahmah, dan Bu Ida saat saya sedang khawatir-khawatirnya. Intinya, tawakkal dan berdoa saja. Ikhtiar sudah sampai, biarkan waktu yang memperlihatkan. Bu Jannah bilang, kalau misalnya saya tidak masuk di ICG, itu takdir. Yang perlu diingat, takdir yang kita harapkan tidak selamanya sebaik apa yang kita harapkan. Mungkin tidak baik? Mungkin ada yang lebih baik? Kita tidak tahu, kecuali Allah.

Semangat lillah, Semuanya! Siapapun kalian~

Akhirul kalam, maaf jika ada kata yang kurang berkenan. Wassalamualaikum.

 

Coretan 2:32

Assalamualaikum!

 

Karantina ini sukses membuat jadwal tidur saya terganti. Sebelum-sebelumnya rasanya saya jarang seperti ini. Tembus pagi dan lain-lain. Seketika saya merasa seperti manusia nokturnal saja (haha).

Tapi jujur saja, di malam hari saya rasa semuanya terbuka. Pemikiran saya bebas terbang ke mana-mana. Saya bisa lebih jauh mengeksplor diri sendiri. Seperti saat ini, menulis di malam hari. Bulan ini Ramadhan, seharusnya sebentar lagi nenek dan ibu saya akan bangun dan turun ke dapur.  Tapi saya belum tertidur sampai sekarang.

Di malam hari, saya bisa jujur dengan perasaan saya sendiri. Saya bisa melihat sekilas sebenarnya orang seperti apa saya ini. Juga dunia. Juga teman-teman, keluarga, guru, dan lainnya. Mungkin kali ini akan menjadi tulisan singkat saja. Saya berencana masuk ke kamar dan duduk di atas kasur setelah ini.

Beberapa jam yang lalu saya berdiskusi dengan kakak saya mengenai ide untuk lomba yang ingin dia ikuti. Sementara awalnya saya sedang menulis materi untuk lomba yang rencananya ingin saya ikuti. Sebenarnya kami berada di sudut yang berbeda, teknologi dan agama. Namun ada kaitannya tentang virus corona.

Tidak jauh, tulisan ini sudah hampir selesai. Saya hanya ingin mengungkapkan kelegaan saya setelah lama tidak berdiskusi seperti itu. Ada kerinduan mendalam dengan teman-teman sekolah saya yang sering berbicara dengan saya. Intinya, pada akhirnya saya kembali mengakui. Saya tetap manusia yang butuh manusia lain. Semoga wabah ini cepat berakhir, saya betul-betul rindu kehidupan sebelum corona menyerang (jiaah).

Sekian, mata saya sudah mulai lelah.

Wassalamualaikum.